Yang khas, saya

Memang sulit diakui. Bahwa setiap orang lahir dengan kepiawaian dan ketololan masing-masing. Mungkin diksi ketololan yang membikin sulit diakui. Ini yang selalu membuat saya takjub tak henti-hentinya. Ketika saya membaca buah pena dari beberapa orang. Saya merasa ada kekhasan dari setiap pengarsiteknya. Dan itu serasa begitu unik. Sulit untuk dijiplak. Sungguh menawan.

Dan ini pula yang menampar pikiran saya dengan kerasnya. Saat saya mengidolakan seseorang dan ingin menyerupainya. Sungguhpun itu mustahil. Kalau-kalau kesampaian, hanya sebongkah kebetulan semata. Dan tak tahan lama. Maka, mending tetap saja. menjadi saya yang apa adanya. Meski adanya hanya kecerobohan dan ketololan sana-sini. Tapi inilah gue. Yang bikin beda dengan yang lain.

Ini juga. Coba cermati tulisan-tulisan saya. Pasti isinya tak karuan. Itu melukiskan kepribadian saya yang semrawut. Dipenuh-sesaki dengan fantasi-fantasi yang kelewat wajar. Yang kadang bikin orang jengkel dan mecucu.

Kalau saya ijinkan, mungkin mereka segera menendang keras-keras bokong saya. Sampai saya berteriak ampus bon. Saya tidak akan bertingkah lagi.

Tapi saya tetaplah saya. Saya jadi ketawa geli sendiri. Ketika mendapati cerita dari kawan yang pernah baca tulisan saya yang lain. Apa saya gak malu, naruh tulisan-tulisan kaya gini di muka umum. Gitu intinya. Ya, saya jadi cekikikan.

Saya malunya kalu naruh tulisan ini di muka saya. Karena orang jadi tahu betul macam apa orang yang bikin tulisan aneh bin ngawur ini. Bisa-bisa saya langsung kena serangan tanpa alasan. Ceplak-ceplok dari berbagai arah. Ogah ah.

Lalu saya mawas diri. Apa yang salah dengan yang saya lakukan. Saya nulis apa yang saya tahu dan rasakan. Dan itu juga sudah umum diketahui orang. Apa yang aneh. Begitu kata dalam hati saya.

Memang, saya tidak piawai untuk membuat sesuatu mahakarya seperti Ghandi. Jangankan Ghandi, Gani yang tetangga rumah saja, saya tak bisa tiru. Bagaimana mau niru, kalau bisanya nangis njempling-njempling seperti hidup di hutan. Jelas gak mau saya.

Iya, inilah saya. Yang nulisnya asal nulis. Mau jadi penulis bayaran, ya gak ada yang ngebayarin. Mau jadi pejuang lewat tulisan, saya sendiri lagi belepotan nulisnya. Mau jadi penulis kesohor, masih banyak tu penulis kesohornya. Belum pada mati. Mau nulis buku, saya aja malas baca buku. Apa lagi orang lain suruh baca buku saya. Ya pokoknya seperti ini nih. Khas dengan berjuta kegoblokan dan banyak bersyukur.

0 komen:

Post a Comment

 
Copyright 2009 Nulisae ning kene
BloggerTheme by BloggerThemes | Design by 9thsphere