Sebenarnya saya tidak butuh
sebentuk pernyataan dari siapapun. Untuk membenarkan pendapat saya. Hanya saja,
saya tidak sengaja menemukan pendapat yang serupa. Itu makin meneguhkan
pendapat saya yang lebih terdengar konyol.
Cerita saja dulu. Memang sebenarnya
ini bukan murni pendapat yang muncul dari angan-angan saya. “Menulis itu sama
dengan ketika kamu bicara. Ada kalanya kamu ngomong seenaknya. Juga dalam
situasi tertentu harus boso.”
Itu jawaban dari senior saya
ketiika saya menghadapi ganjalan saat hendak menulis laporan kuliah. Saya suka
menulis. Siapa yang tidak tahu itu. Namun ketika harus membuat semacam makalah,
saya dilingkupi sindrom writer’s block.
Kok rasanya tata bahasa yang saya
gunakan sungguh-sungguh jauh dari etis. Terkesan embongan. Dan dari jawaban senior saya itu, saya perlahan paham. Ketika
saya bicara dengan teman tentu bahasanya akan beda ketika saya bicara dengan
dosen misalnya.
Nah, ini cerita saya, anda? Mungkin
anda tidak terlalu sudi memikiri urusan remeh temeh macam ini. Bagi anda, masih
banyak urusan yang lebih penting dan menunggu untuk segera diurus. Iya kan! Dan
saya juga malas ngurusi urusan anda, so sekarep wae lah.Dan saya akan tetap
melanjutkan tulisan ini.
Itu tadi saya coba mengandap-asorkan sebuah pernyataan dari
senior saya yang memiliki keulungan tingkat tinggi dalam menulis. Dan rupanya
masih banyak yang musti saya perbuat untuk mengupgrade kepiawaian saya menulis.
Beberapa kali saya membuat
tulisan sekenanya. Dengan tatakelola bahasa yang sesuai. Kepada siapa saya
ingin sajikan tulisan itu. Dan hasilnya saya rasa lumayan mengena. Dari itu
perlahan saya dapat merasakan bedanya.
Dan bila ada yang berkilah tentang
kesulitan menulis, saya balik tanya. “Kamu bisa ngomong? Coba misalkan setiap
katamu itu ditulis. Nulis itu sama dengan ketika kamu bicara.” Seharusnya semudah
itu. Namun nyatanya kok mereka tidak ngeh
dengan maksud saya.
Memang tidak ada yang instan. Kecuali
sajian-sajian murahan. Yang kadang bisa bikin penuaan dini. Tapi mudahnya ya gitu, nulis sama dengan saat kita ngomong. Buat saya sih.
Lalu selang lama kemudian, saya
menjumpai pendapat seperti ini. “menulis, ketika dilakukan secara benar, tak
beda dengan orang bercakap-cakap.” Kata penulis Inggris kelahiran Irlandia,
Laurance Sterne.
Nah kan, saya tidak nggedabul. Ada juga penulis yang tidak
saya kenal namun memiliki pendapat serupa. Dan boleh anda tidak percaya saya. Tapi
tolong percayai si penulis Inggris itu. Kan dia penulis beneran. Dan Inggris pula.
0 komen:
Post a Comment