Tulungi Brey


Mungkin Anda bisa bantu saya. Saya butuh mesiu untuk meledakkan guci permasalahan yang sering mengungkung saya. Ini ceritanya. Kala saya membuat tulisan yang isinya clometan kayak gini, mudahnya bukan main. Kata demi katanya mengalir deras. Segampang kawan saya Uje melakukan ce el setelah ce efan. Lain halnya ketika saya hendak membuat tulisan yang agak serius. Dua rius atau tiga rius mungkin. Sulitnya minta ampun.

Kalau-kalau, jadinya amburadul. Saya sendiri saja mrecing-mrecing membacanya. Cat cet cot gak nyambung dengan karep yang saya gadang. Nah, jika sudah kepalang basah seperti ini, mau apa lagi coba. Mana mungkin saya bisa memperbaiki tatanan perekonomian kantong saya. Puh, rasanya jiamput tenan.

Ingin rasanya menggelundung guling-guling saja dari tebing Gunung Salak. Biar diduga korban pesawat Sukhoi. Kan kerenan dikit matinya. Ketimbang mengenaskan kurang gizi dililit kemiskinan akut. Ini bukan omongan kosong melulu. Ini beneran brey.

Andai ada pembaca budiman yang rela menyantuni saya, akan saya terima dengan dada yang suwangat lapang. Hitung-hitung uang lelah saya untuk membuat certia tolol kayak gini. Biar sekalian yang baca pada ikut kesesat masuk lubang yang isinya berjuta Hanum. Hahaha, ngarep.

Gimana? Ada yang punya mesiu, palu, martil atau godhone malaikat yang bisa bantu saya memporakkan guci berisi masalah saya? Atau ada yang punya ruang kosong yang cukup untuk saya titipkan guci saya itu. Kalau iya, hubungi saya langsung. Saya tidak akan membanderol harga tinggi kok. Cukup harga kantong mahasiswa saja. Cukup segelas kopi pahit rutin selama seminggu di warungnya Hanum. Cie-cie...ngarep maneh.

Kan, ini akibatnya karena saya dibiarkan seorang diri dengan banyak waktu yang tak saya tahu harus diramu menjadi apa. Akibatnya muncul tulisan yang penuh kejelekan seperti Anda ini. Coba ada Afkah di sini. Kan bisa saya jadikan pelampiasan. Bisa saya cuci mukanya dengan air akuarium. Lebih kejinya dengan air belerang dari aliran sungai di lereng Kawah Ijen.

Biar. Biar saya dikata jahat. Emang itu kenyataan yang ada. Buktinya, beberapa kali saya sering memalak kawan hanya untuk secangkir kopi. Mungkin untuk bayar sewa main PES. Atau untuk Joshua. Ini pasti efek yang timbul setelah sekian tahun lalu. Saya dijadikan bahan perpeloncoan. Saya jadi sasaran palak-palakan teman saya yang hendak mebuk-mabukan.

Bedanya, saya malak dengan baik-baik. Yang saya palak juga nampak senang. Masih bisa senyum, meski sepahit kopinya Hanum. Dan, bukan buat mabuk-mabukan seperti hobi kawan saya Hape. Oiya, saya masih belum bayar hutang sepuluh ribu  waktu melumat Granada beberapa hari silam. Yah, semoga saja yang bersangkutan merelakan hutangnya saya bayar di akherat setelah baca tulisan melas ini. Terlebih lagi masih punya cukup duit buat saya ajukan proposal lagi.

Mau gimana lagi, Granada nampak tak mudah puas. Meski tendangan Takacibana bersaudara (Weha dan Hape) berkalian membobol gawangnya. Terlebih lagi kehadiran Tsubasa (nama aslinya Tsuboker, ngakunya Tsubasa) telah fit untuk mengoyak permainan dengan tendangan nggaplek’inya. Yah, good luck wae brey. Pasukan ce el siap????? Kita ce el lagi brow……….
  

0 komen:

Post a Comment

 
Copyright 2009 Nulisae ning kene
BloggerTheme by BloggerThemes | Design by 9thsphere