Apa yang bikin kamu pengen ke
Jambi? Menarik sekali bukan. Baik, saya akan jujur menjawab. Berhubung ini
lomba, saya akan seolah-olah ingin pergi ke Jambi. Dengan memaparkan beberapa
alasan yang sebenarnya saya karang, saya buat-buat. Saya kondisikan dengan
keadaan saya sekarang. Untuk sebuah tujuan, memenangkan lomba ini. Sudah dan
tidak lebih.
Alasan itu berupa, nggg, ini. Beberapa
hari ini sungguh penat dan janggal. Penat, isi pikiran dan laku samasekali tak
segendang sepenarian. Maunya apa yang dilakukan apa. Sungguh dan teramat
menjengkelkan. Janggal, hawa yang semaunya berubah-ubah. Sebentar terik lengkap
dengan panasnya, lalu hujan mendera dengan irama lebatnya. Menyisakan dingin di
kemudian. Paduannya siap membikin tubuh yang dikerumuni suasana penat dan
janggal menjadi rentan. Rentan dijalari penyakit-penyakit keparat.
Huh. Nampaknya butuh suasana
baru. Dengan nutrisi-nutrisi baru pula. Yang siap menyegarkan pikiran sejenak.
Melakukan sesuatu yang jauh dari penting mungkin dapat dicoba. Kadang hal-hal
seperti itu mampu membangkitkan inspirasi. Untuk memulai atau melanjutkan lagi
tanggungan yang sudah menunggu. Betuh sedikit kegokilan.
Apa, jawab dong. Baik, alasan
untuk ke Jambi kali ini bukanlah muluk-muluk. Tidak untuk berbisnis memupuk
kekayaan, atau melancong menghabiskan waktu dan uang. Pun juga mengunjungi
sanak keluarga. Tidak juga karena menghadiri peresmian maupun prosesi macam
itu.
Yang menarik saya, saya ingin
mencobai bakso yang ada di seluruh Jambi. Selain itu, juga penjaja kopi yang
haram untuk saya lewatkan begitu saja. Selain itu, mungkin untuk sesekali
mengunjungi pasar hewan di sana. Barangkali ada yang cocok untuk menambah
koleksi piaraan saya di rumah. Sudah itu saja dulu. Yang lainnya menyusul
ketika saya sudah dapat uang dan betul-betul pergi ke Jambi.
Apa coba, bayangkan. Anda tidak
punya kepentingan dengan Jambi. Tidak punya sanak keluarga di sana. Tidak punya
rekanan bisnis. Tidak punya teman dekat. Tidak punya niatlah garis besarnya.
Lalu tiba-tiba anda harus mempunyai keinginan untuk pergi ke Jambi.
Terkait hal itu, saya iseng-iseng
mengadakan riset kecil-kecilan. Mungkin malahan jauh kalau disandingkan dengan
riset seperti yang sudah-sudah, lebih tepatnya saya menanyai beberapa teman.
Yang daftar namanya ada di android saya. Terkait dengan “Apa yang bikin kamu
pengen ke Jambi?”
Mau tahu hasilnya? Baiklah, ini
akan saya sampaikan dengan sejujur-jujurnya. Tanpa mengada-ada dan hanya apa
adanya.
Jujur, memang sebagian orang yang
saya tanyai, menjawab tidak ingin ke Jambi. Malah beberapa mereka balik tanya,
ngapain ke Jambi. Yah, memang macam rupa jawaban yang muncul. Seperti kata H-nif
Jrs, “Gak enek(ada) keinginan nang(ke) Jambi Jo. Iki(ini) aku persiapan tes CPNS Pemprov jo. Betapa lucu teman saya
yang satu ini. Dia fresh graduate yang kerjanya mencari kerja.
Berikutnya ada sih yang
berkeinginan ke Jambi. Tapi ya itu, sebatas jalan-jalan saja. Dia adalah Sarah.
Seorang mahasiswi yang pastinya suka berpetualang. “Main, wisata,” kata dia.
Ada lagi jawaban seorang Ester
yang agak unik. Katanya, “Buat nambah koleksi foto, buat ganti foto profil.” Ya
itu alasan dia ingin pergi ke Jambi, selain traveling menjajaki kota baru bagi
dia. Sungguh menggelitik ulah kawan-kawan saya.
Beda lagi kalau si Ipang. Katanya
di Jambi ada Omnya yang paling kaya. Pingin dia kalau ke Jambi, “Gak
muluk" seh,paling cumak(hanya) dicekeli(dipercaya) kebon sawit,
dadi(jadi) bendino(tiap hari) gak usah(perlu)
ngantor, cuman ngecek nek(kalau) kebone(kebunnya) digae(dipakai) panggon(tempat)
maksiat opo(atau) nggak(tidak).”
Intinya, setiap orang memang
memiliki hasrat yang berbeda-beda. Tentang mana alasan yang paling benar,
paling menarik, dan dirasa paling benar, itu sungguh relatif. Seperti jawaban
untuk pertanyaan, “Apa yang paling anda butuhkan di dunia ini?” Bagi yang
sedang lapar akan menjawab makanan adalah yang paling penting. Bagi yang
kedinginan akan menjawab kehangatan. Bagi yang tak punya rumah, rumahlah yang
terpenting. Dan bagi anda, mungkin akan beda lagi. Yah, itulah indahnya dunia. Selalu
banyak perbedaan tidak berarti buruk.
Postingan ini diikutsertakan dalam lomba blog http://www.pipetmagz.com/
0 komen:
Post a Comment