Ini tentang bagaimana saya memutar otak. Sebuah kerjaan yang selalu dan terus terjadi. Oia, ini awalnya juga hendak menyinggung sebaris tulisan usang yang masih mengusik pikiran saya. Dan saya tidak mau menjadi seperti salah satu yang diacu dalam tulisan itu. ”Awalnya, banyak yang bilang ingin menjadi penulis. Tapi sedikit sekali mereka yang saya jumpai sebagai penulis.”
Sebuah phobia yang selama ini menguntit langkah saya. Kembali lagi, otak saya tak secerdas dan sepintar orang kebanyakan. Bahkan saya sering ciut ketika harus berhadapan dengan orang lain. Ah, kok jadi gini sih. Gini aja, meski memori dan kemampuan otak tiap orang beda, namun semua masih bisa dilatih dan diasah. Bahkan diupgrade.
Ini hanya bicara kesenangan. Ketika saya tiba-tiba jatuh cinta pada dunia ikan, saya melupakan dan meninggalkan bangunan kegemaran saya sebelumnya. Saya begitu terobsesi dengan kibasan ekor ikan-ikan kecil imut yang memukau. Sungguh! Lalu ada sebutir kakikukan yang turut mengalir dalam tiap tetes air di akuarium.
Akankah saya berakhir dan berbelok menjadi seorang awam yang sebagian besar waktunya dihabiskan bersama ikan. Tidak adakah hal lain yang bisa dilakukan? Lalu bagaimana dengan niatan saya yang semula ingin blajar dan menjadi seorang penulis?
Sungguh kacau saya. Sempat ragu dan gentar ketika sudah lama tak menorehkan sebuah tulisan, lalu muncul tuntutan profesi. Seperti menata kembali batu bata untuk mengokohkan bangunan lama. Dan itu sangat terasa kaku, tidak serenyah dan semengalir beberapa catatan saya dulu.
Betapa dulu saya menyelesaikan sebuah tulisan tak lebih dari dua jam. Dan betapa saya mencoba menyulut semangat kawan-kawan untuk menulis, mengendarai tulisan saya yang serba mengalir bagai air dan udara yang berhembus. Dalam tulisan yang judulnya saya buat terpisah. Pertama seperti kebanyakan judul, diawal tulisan dan potongan pelengkapnya di akhir tulisan. saya meletakkan judul MENULIS ITU? Lalu seolah menjawab, MENYENANGKAN.
Oai, ada sesuatu yang hampir kelupaan. Sempatkanlah membuka kembali dan membaca-baca catatan yang pernah dirampungkan. Siapa nyana nanti bisa menginspirasi. Atau sedikitnya menjadi barometer sebuah tulisan. Berkembang atau sama atau merosot.
Saya sempat terkecoh. Mungkin tidak separah itu. Ketika saya begitu mengkultuskan seorang penulis, karena saya anggap tulisannya demikian apik, ternyata tak seperti itu tanggapan orang lain. Setiap orang punya idolanya masing-masing. Yang disesuaikan dengan diri tiap orang.
Maksud saya, coba tengok juga beberapa penulis yang belum kita kenal. Karena gaya dan cara tiap orang mengekspresikan diri bisa jadi beda. Meski menyangkut subyek yang sama. Kini, saya mencoba dalam memerah otak untuk menulis, ya menggunakan cita dan cara saya. Karena saya merasa bisa menemukan sebuah kedifferenan diri saya.
Dan saya hanya melakukan itu sebisa dan semampunya. Memunculkan pesaing juga boleh. Membakar semangat untuk menggungguli yang lain demi kebaikan. Saya paling benci terhadap orang yang selalu bisanya menjadi bayang-bayang. Tidak mau mandiri. Berkiblat boleh-boleh saja, namun jika berlebihan hingga harus menjadikan seolah dibawah bayang-bayang berketerusan, sungguh membuat saya muntab. Lha wong setiap orang punya pikiran sendiri kok bersembunyi di bawah bayang-bayang. Kalau dalam sebuah Warcraft, segeralah dirikan altar. Perkuat pasukan. Perang lalu menang. Pilihannya dua, pulang atau menang!!
0 komen:
Post a Comment