Mode Pakaian

Musim kali ini basah. Hujan selalu mengguyur. Siapa yang tidak tahu. Paling tidak untuk wilayah Jember dan sekitarnya. Malahan dua hari terakhir, sejak menutup hingga membuka mata, rinai hujan masih setia memeluk dingin mesra.

Kalau musim seperti ini, kira-kira pakaian mode apa yang klop? Kalau Ginanjar PU yang dilempar pertanyaan, pasti tak ada opsi jawaban lain kecuali Babebo. Maklum, saya dan dia kerap hunting pakaian di sana. Lumayan, bisa hemat dan cukup hangat.

Babebo atau yang oleh orang Ketajek dipletotkan jadi Haheho, bukanlah nama untuk mode pakaian. Juga bukan nama tempat. Tak ada yang tahu pasti itu sebutan yang ditujukan pada apa dan siapa. Babebo hanyalah kependekan dari barang bekas boo’. Tak mengacu pada mode ataupun tempat. Tapi Babebo sering diacu sebagai nama tempat, kalau saya tak salah duga.

Hanya saja ketika nama itu muncul, semua sudah pada tahu. Tempatnya di Mangli. Harganya bersaing. Merek kelas internasional. Dan tak sedikit kalangan agent nimbrung di sana. Mulai dari agent minyak tanah, agent LPG tiga kiloan, hingga agent of change.

Lapak kembali buka mulai hari jumat, sabtu, dan minggu saja. Entah siapa mula-mula yang membikin jadwal sedemikian rupa. Yang bertahan hingga kini. Ada lagi sebutan lain. Sebuah sebutan lama. Ketika masih tersentral di jatian. Namanya JTC. Sepintas terdengar keren. Mirip-mirip nama pusat perbelanjaan yang telah kondang. JTC. Kependekan dari jatian trade centre.

Memang klop banget kalau belanja di Babebo (Kan, memakna nama tempat). Pakaian-pakaian hangat serupa mantel bulu ada diobral murah. Tinggal pilih. Dipilih-dipilih gratis, kata mereka para penjaja. Yang bener aja, milih emang gratis, kalo beli baru mbayar.

Eits, kok malah berparagraf tulisan saya ini larinya ke Babebo. Wah, ini pasti gara-gara Ginanjar PU tadi. Sudahlah. Sebenarnya saya hendak menulis tentang mode yang banyak saya jumpai di jalan-jalan. Ketika saya acap memelototkan mata. Lantaran pakaian yang dikenakan beberapa perempuan sangat aduhai.

Dengan mode celana yang amat pendek (Padahal si Amat tak sependek itu). Dengan kaos oblong yang mengumbar segala tonjol-tonjolan organ tubuh dan lipatan-lipatan kulit. Siapa yang tidak terperangah melihat yang seperti itu. Bukankah terlalu sayang saat ada sesosok penampakan seperti itu luput dari pandangan.

Kalau saya, ketika tak menyana disalip sosok seperti itu, mending saya buntuti. Lumayan buat cuci mata. Tapi harus tetap waspada. Jangan sampai menabrak pengendara atau orang lain. Jika sampai terjadi kecelakaan karena hal ini, bisa-bisa muncul perda baru. Mengendara motor tidak boleh mengenakan celana puendek. Bisa mengakibatkan kecelakaan.

Kata Emha, mata tak bisa ditinggal di rumah. Kalau pakaian masih bisa gonta-ganti. Kan sial buat mata. Kalau memang yang berpakaian modenya seperti itu. Ya mau gimana lagi. Terpaksa harus melotot

0 komen:

Post a Comment

 
Copyright 2009 Nulisae ning kene
BloggerTheme by BloggerThemes | Design by 9thsphere